ABSTRAK
Asidimetri dan alkalimetri merupakan
proses titrasi yang menggunakan larutan asam dan basa.Tujuan dari
percobaan ini adalah menetapkan konsentrasi HCl dengan standarisasi larutan
Borax (Na2B4O7.10H2O) dan Na2CO3,
membuat larutan standar NaOH serta standarisasinya dengan menggunakan asam
oksalat, serta untuk menetukan kadar NH3 dalam NH4Cl dan
kadar asam asetat dalam asam cuka yang diperdagangkan.
Untuk menetukan konsentrasi baik dengan standarisasi
menggunakan Borax, Na2CO3 anhidrous atau asam oksalat
prinsip kerjanya sama, yaitu dengan proses titrasi. Begitu pula dengan
menetukan kadar NH3 dan kadar asam asetat yang masing-masing sample
dijadikan titrat yang dititrasi dengan larutan standar. Kemudian dari data yang
diperoleh, maka dilakukan perhitungan untuk mengetahui nilai konsentrasi maupun
kadarnya.
Dari perhitungan yang dilakukan didapatkan hasil bahwa
nilai konsentrasi HCl dengan standarisasi menggunakan Borax sebesar 0, 0669N,
dengan menggunakan Na2CO3 sebesar 0, 0858N. Saat
pembuatan NaOH standar konsentrasinya 0, 1N, standarisasi dengan asam oksalat
didapatkan konsentrasi NaOH sebesar 0, 1347N. untuk kadar NH3
didapat sebesar 70, 125% dan kadar asam asetat sebesar 4, 598%.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kata larutan (solution) sering dijumpai. Larutan
merupakan campuran homogeny antar dua atau lebih zat berbeda jenis. Ada dua
komponen utama pembentukan larutan, yaitu zat terlarut (solution) dan pelarut.
Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering dihasilkan
konsentrasi yang tidak tepat dengan yang diinginkan, untuk itu perlu dilakukan
praktikum. Dalam hal ini, dilakukan pembuatan dan standarisasi larutan. Pada
praktikum kali ini adalah membuat larutan 0,1 N HCl dan standarisasi larutan
HCl, serta menentukan kadar Na2CO3 degan larutan
standar HCl 0,1 N yang merupakan standarisasi dengan metode asidimetri.
Sedangkan standarisasi dengan metode alkalimetri adalah standarisasi larutan
NaOH dengan asam oksalat.
Untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya dari larutan
yang dihasilkan maka dilakukan standarisasi. Standarisasi pada percobaan kali
ini menggunakan metode titrasi asam basa yaitu proses penambahan larutan
standar dengan larutan asam dan basa.
1.2 TUJUAN PERCOBAAN
1. Membuat larutan standar HCl 0,1 N
2. Menetapkan konsentrasi larutan standar HCl dengan
boraks
3. Menetapkan kadar Na2CO3 dalam
soda
4. Membuat larutan standar NaOH 0,1 N
5. Menetapkan konsentrasi larutan standar NaOH dengan
asam oksalat
6. Menetapkan kadar asam dalam asam cuka yang
diperdagangkan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Analisis kimia yang diketahui
terhadap sampel yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis
kuantitatif yang paling sering diterapkan yaitu analisis titrimetri. Analisis
titrimetri dilakukan dengan menitrasi suatu sampel tertentu dengan larutan
standar, yaitu larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Perhitungan
didasarkan pada volume titran yang diperlukan hingga tercapai titik ekuivalen
titrasi. Analisis titrimetri yang didasarkan pada terjadinya reaksi asam dan
basa antara sampel dengan larutan standar disebut analisis asidi – alkalimetri.
Apabila larutan yang bersifat asam maka analisis yang dilakukan adalah analisis
asidimetri. Sebaliknya jika digunakan suatu basa sebagai larutan standar,
analisis tersebut disebut sebagai analisis alkalimetri. (Keenan, 1991)
Standarisasi dapat dilakukan dengan
titrasi. Titrasi merupakan proses penentuan konsentrasi suatu larutan dengan
mereaksikan larutan yang sudah ditentukan konsentrasinya ( larutan standar).
(Syukri, 1999)
Proses penentuan konsentrasi suatu
larutan dipastikan dengan tepat dikenal sebagai standarisasi. Suatu larutan
standar dapat disiapkan dengan menggunakan suatu sampel zat terlarut yang
diinginkan, yang ditimbang dengan tepat dalam volume larutan yang diukur dengan
tepat. Zat yang memadai dalam hal ini disebut standar primer. (Day, 1998)
Suatu zat standar primer harus memenuhi persyaratan
berikut :
1. Zat harus
mudah diperoleh, mudah dimurnikan, mudah dikeringkan, dan mudah dipertahankan
dalam keadaan murni.
2. Zat harus
tak berubah dalam udara selama penimbangan, kondisi-kondisi ini mengisyaratkan
bahwa zat tak boleh higroskopis, tak pula dioksidasi oleh udara atau dipengaruhi
karbon dioksida.
3. Zat harus
dapat diuji terhadap zat-zat pengotor dengan uij-uji kuantitatif atau uji-uji
lain yang kepekaannya diketahui.
4.
Zat harus
mempunyai ekuivalen yang tinggi, sehingga sesatan penimbangan dapat diabaikan.
5.
Zat harus
mudah larut pada kondisi-kondisi dalam mana ia digunakan.
6.
Reaksi
dengan larutan standar harus stokiometri dan praktis. Zat-zat yang biasa
dipakai sebagai standar primer adalah reaksi asam basa natrium karbonat,
natrium tetraborat, KH(C8H4O4), asam klorida
bertitik didih konstan, dan asam benzoat.
Dalam analisis larutan asam dan
basa, titrasi akan melibatkan pengukuran yang seksama volume – volumenya suatu
asam dan suatu basa yang tepat akan saling menetralkan. Reaksi penentralan atau
asidimetri dan alkalimetri adalah salah satu dari empat golongan utama dalam
penggolongan reaksi alam analisis titrimetri. Asidi – alkalimetri ini
melibatkan titrasi basa bebas atau basa yang terbentuk karena hidrolisis garam
yang berasal dari asam lemah, dengan suatu standar (asidimetri) dan teori asam
bebas yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah, dengan
suatu basa standar (alkalimetri). Reaksi – reaksi ini melibatkan
bersenyawaannya ion hidrogen dan ion hidroksida untuk membentuk air. (Bassett,
1994)
Tidak semua reaksi dapat digunakan
sebagai reaksi titrasi. Untuk itu reaksi harus memenuhi syarat-syarat berikut :
1.
Berlangsung
sempurna, tunggal dan menurut persamaan yang jelas (dasar teoritis).
2.
Cepat dan
reversibel. Bila tidak cepat, titrasi akan memakan waktu terlalu banyak.
3.
Ada penunjuk
akhir titrasi (indikator).
4.
Larutan baku yang direaksikan dengan analay harus mudah didapat dan
sederhana menggunakannya, juga harus stabil sehingga konsentrasinya tidak mudah
berubah saat disimpan.
Indikator asam-basa ialah zat yang
dapat berubah warna apabila pH lingkungannya berubah. Setiap indikator
asam-basa mempunyai trayeknya sendiri, demikian pula warna asam dan warna
basanya. Diantara indikator ada yang mempunyai satu macam warna, misalnya
fenolftalein yang berwarna merah dalam keadaan basa tetapi tidak berwarna bila
keadaannya asam. Indikator satu warna menunjukkan warna yang sama, juga dalam
trayeknya, akan tetapi intensitas warna tersebut berbeda sesuai dengan pHnya.
Untuk fenolftalein, warnanya tampak semakin tua bila pH semakin tinggi
(mendekati 9,6) dan makin muda bila semakin kecil (mendekati 8,0). Letak trayek
fenolftalein diantara 8,0 sampai 9,6 sehingga pada pH dibawah 8,0 larutan tak
berwarna dan diatas 9,6 warna merah tidak berubah intensitasnya. (Harjadi,
1990)
Tabel 1. Beberapa indikator
asam-basa yang penting
Nama Indikator
|
Trayek pH
|
Warna
|
|
Asam
|
Basa
|
||
1.
Asam pikrat
|
0,1 – 0,8
|
Tidak berwarna
|
Kuning
|
2.
Biru timol
|
1,2 – 2,8
|
Merah
|
Kuning
|
3.
2,6-Dinitrofenol
|
2,0 – 4,0
|
Tidak berwarna
|
Kuning
|
4.
Kuning metiil
|
2,9 – 4,0
|
Merah
|
Kuning
|
5.
Jingga metil
|
3,1 – 4,4
|
Merah
|
Jingga
|
6.
Hijau bromkresol
|
3,8 – 5,4
|
Merah
|
Biru
|
7.
Merah metal
|
4,2 – 6,3
|
Merah
|
Kuning
|
8.
Lakmus
|
4,5 – 8,3
|
Merah
|
Biru
|
9.
Purpur bromkresol
|
5,2 – 6,8
|
Kuning
|
Purpur
|
10. Biru
bromtimol
|
6,0 – 7,6
|
Kuning
|
Biru
|
11. Merah
fenol
|
6,4 – 8,0
|
Kuning
|
Merah
|
12. p-a-Naftolftalein
|
7,0 – 9,0
|
Kuning
|
Biru
|
13. Purpur
kresol
|
7,4 – 9,6
|
Kuning
|
Biru
|
14.
Fenolftalein
|
8,0 – 9,6
|
Tidak berwarna
|
Merah
|
15.
Timolftalein
|
9,3 – 10,5
|
Tidak berwarna
|
Biru
|
16. Kuning
alizarin R
|
10,1 – 12,0
|
Kuning
|
Violet
|
17.
1,3,5-Trinitrobenzen
|
12,0 – 14,0
|
Tidak berwarna
|
Jingga
|
Pada saat terjadi perubahan warna
indikator, titrasi dihentikan. Indikator berubah warna pada saat titik
ekuivalen. Pada titrasi asam basa dikenal istilah ekuivalen dan titik akhir
titrasi. Titik ekuivalen adalah titik pada proses titrasi ketika asam dan basa
tepay habis bereaksi. Untuk mengetahui titik ekuivalen digunakan indikator.
Saat perubahan warna terjadi, saat itu disebut titik akhir titrasi. (Sukmariah,
1990)
BAB 3
METODOLOGI
PERCOBAAN
3.1 ALAT DAN BAHAN
3.1.1 Alat yang digunakan
a.
Buret 50 ml
b.
Erlenmeyer
250 ml
c.
Labu ukur
250 ml
d.
Labu ukur
100 ml
e.
Pipet gondok
25 ml
f.
Pipet gondok
10 ml
g.
Botol
timbang
h.
Kaca arloji
i.
Neraca
analitik
j.
Batang
pengaduk
k.
Pipet tetes
l.
Corong
m.
Klem dan
statif
3.1.2 Bahan
yang digunakan
a.
Larutan HCl
pekat
b.
Larutan HCl
0,1 N
c.
Larutan NaOH
0,1 N
d.
Na2B4O7
. 10H2O (s)
e.
Na2CO3
(s)
f.
Larutan H2C2O4
0,1 N
g.
Sampel asam
cuka
h.
Indikator
fenolftalein
i.
Indikator MM
j.
Aquadest
3.2 PROSEDUR KERJA
3.2.1 Asidimetri
A.
Membuat
larutan standar HCl 0,1 N
1.
Dipipet 2,1
ml HCl pekat ke dalam labu ukur 250 ml, kemudian ditambahkan aquadest sampai
tanda batas
2.
Larutan yang
diperoleh kemudian dititrasi
B.
Standarisasi
larutan HCl dengan boraks
1.
Ditimbang
1,9 gram boraks padat, kemudian dilarutkan dengan aquadest ke dalam labu ukur
100 ml
2.
Dipipet
sebanyak 25 ml larutan boraks, kemudian dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
3.
Ditambahkan
2 tetes indikator MM, dititrasi dengan larutan HCl sampai warna larutan menjadi
merah muda
C.
Penetapan
kadar Na2CO3 dalam soda
1.
Ditimbang
1,5 gram Na2CO3, dilarutkan ke dalam labu ukur 100 ml
dengan aquadest
2.
Dipipet 25
ml larutan Na2CO3 ke dalam Erlenmeyer
3.
Ditambahkan
3 tetes indikator MM, dititrasi dengan larutan HCl sampai warna larutan menjadi
merah muda
3.2.2 Alkalimetri
A.
Membuat
larutan standar NaOH 0,1 N
1.
Ditimbang
NaOH kristal 1,1 gram ddengan botol timbang
2.
Dilarutkan
dengan aquadest bebas CO2 ke dalam labu ukur 250 ml
3.
Larutan
disimpan dalam botol tertutup
B.
Standarisasi
larutan NaOH dengan asam oksalat
1.
Ditimbang
0,63 gram H2C2O4, dilarutkan dengan aquadest
ke dalam labu ukur 100 ml sampai tanda batas
2.
Dipipet 10
ml larutan H2C2O4 ke dalam erlenmeyer,
ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein
3.
Dititrasi
dengan NaOH sampai warna larutan berubah menjadi merah muda
C.
Penentuan
kadar asam dalam asam cuka yang diperdagangkan
1.
Ditimbang 5
ml sampel asam cuka dengan botol timbang
2.
Dilarutkan
dengan aquadest ke dalam labu ukur 100 ml
3.
Dipipet 10
ml ke dalam Erlenmeyer, ditambahkan 4 tetes indikator PP
4.
Dititrasi
dengan NaOH standar sampai warna larutan menjadi merah muda
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 DATA
PENGAMATAN
4.1.1 Asidimetri
A.
Pembuatan
larutan standar HCl 0,1 N
-
Bj = 1,19
gr/ml
-
% = 37 %
-
Mr = 36,5
gr/mol
-
[HCl (p)]
= 12,06 N
-
V HCl (p)
= 2,1 ml
B.
Standarisasi
HCl 0,1 N dengan Na2B4O7 . 10H2O
Volume
|
I
|
II
|
x
|
Larutan Na2B4O7
|
25 ml
|
25 ml
|
25 ml
|
Larutan HCl
|
27,5 ml
|
27,4 ml
|
27,45 ml
|
C.
Penentuan
kadar Na2CO3 dalam soda
Volume
|
I
|
II
|
x
|
Larutan Na2CO3
|
25 ml
|
25 ml
|
25 ml
|
Larutan HCl
|
74,2 ml
|
74,2 ml
|
74,2 ml
|
4.1.2 Alkalimetri
A.
Pembuatan
larutan standar NaOH 0,1 N
-
Gram NaOH =
1,1 gram
B.
Standarisasi
NaOH 0,1 N dengan H2C2O4
Volume
|
I
|
II
|
x
|
Larutan H2C2O4
|
10 ml
|
10 ml
|
10 ml
|
Larutan NaOH
|
10,2 ml
|
10 ml
|
10,1 ml
|
C.
Penentuan
kadar asam dalam asam cuka
Volume
|
I
|
II
|
x
|
Larutan asam cuka
|
10 ml
|
10 ml
|
10 ml
|
Larutan NaOH
|
8,6 ml
|
8,5 ml
|
8,55 ml
|
4.2 REAKSI
4.2.1 Asidimetri
-
2HCl (l)
+ Na2B4O7 (l) ® 2NaCl (l) +
H2B4O7 (l)
-
Indikator MM
-
2HCl (l)
+ Na2CO3 (l) ® 2NaCl (l)
+ H2CO3 (l)
4.2.2 Alkalimetri
-
2NaOH (l)
+ H2C2O4 (l) ® Na2C2O4
+ 2H2O (l)
-
Indikator
fenolftalein
-
NaOH (l)
+ CH3COOH (l) ® CH3COONa
+ H2O (l)
4.3 PERHITUNGAN
A.
Pembuatan
larutan standar HCl 0,1 N
B.
Konsentrasi
larutan standar HCl
C.
Kadar Na2CO3
dalam soda
D.
Pembuatan
larutan standar NaOH 0,1 N
E.
Konsentrasi
larutan standar NaOH
F.
Kadar asam
dalam asam cuka
4.4
PEMBAHASAN
Pada
percobaan kali ini, praktikan bertujuan untuk dapat membuat larutan HCl 0,1 N,
dapat melakukan standarisasi larutan HCl 0,1 N, menentukan kadar Na2CO3
dalam soda, dapat membuat larutan NaOH 0,1 N, dapat melakukan standarisasi
larutan NaOH 0,1 N, dan dapat menentukan kadar asam dalam asam cuka yang
diperdagangkan. Penggunaan larutan NaOH dan HCl didasarkan pada pengertian
asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri yaitu analisis secara volumetri dengan
larutan standar asam. Sedangkan alkalimetri yaitu analisis secara volumetri
dengan lartan standar basa. Tujuan dari standarisasi adalah menentukan
konsentrasi larutan setepat mungkin.
Pada
percobaan asidimetri digunakan larutan HCl dengan konsentrasi 0,1 N yang akan
distandarisasi. Hal pertama yang dilakukan adalah menghitung berapa banyak HCl
pekat yang diperlukan untuk membuat HCl 0,1 N, kemudian larutan HCl
distandarisasi menggunakan larutan standar primer yaitu boraks. Standarisasi
dilakukan dengan melakukan titrasi terhadap larutan boraks dengan
HCl 0,1 N yang akan distandarkan dengan menggunakan indikator metil merah untuk
mengetahui titik akhir titrasi. Titrasi dihentikan pada saat terjadi perubahan
warna kuning menjadi merah muda.
Kemudian
larutan HCl standar digunakan untuk menentukan kadar Na2CO3 dalam soda.
Sejumlah tertentu Na2CO3 ditimbang, kemudian dititrasi menggunakan HCl standard
dengan menambahkan 2 tetes indikator MM sebelum dititrasi. Titrasi dihentikan
pada saat terjadi perubahan warna kuning menjadi merah muda. Perubahan warna
terjadi karena adanya pengaruh dari ion H+ yang bersifat asam dari larutan HCl.
Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan konsentrasi larutan HCl standar
0,0910 N, dan kadar Na2CO3 dalam soda sebesar 95,43%.
Pada
percobaan alkalimetri digunakan larutan NaOH 0,1N sebagai larutan standar.
Dalam pembuatan larutan NaOH digunakan air bebas CO2 dengan cara dipanaskan
terlebih dahulu, hal ini bertujuan untuk menghilangkan CO2 dalam air karena
apabila NaOH bereaksi dengan CO2 dapat mempersulit pada saat pembacaan titik
akhir titrasi. Kemudian Larutan NaOH distandarisasi menggunakan Larutan asam
oksalat dengan menambahkan 3 tetes indikator fenolftalein. Titrasi dihentikan
sampai larutan berubah warna menjadi merah muda.
Kemudian
larutan NaOH standar digunakan untuk menentukan kadar asam asetat dalam sampel
asam cuka yang diperdagangkan. Sampel diencerkan sebanyak 5 ml ke dalam 100 ml
aquadest. Pengenceran cuka bertujuan agar jumlah kandungan ion asam asetat
didalam larutan sedikit berkurang, dengan demikian mempercepat pada saat
titrasi. Karena basa kuat hanya mengubah sejumlah kecil kandungan ion asam
asetat. Titrasi dibantu oleh larutan indikator yaitu indikator fenolftalein
yang jangkauan pH antara 8 – 9,6. Pada saat ion basa kuat mengubah semua ion
asam asetat yang terdapat dalam Erlenmeyer, maka indikator akan berubah warna
menjadi merah muda karena telah terjadi titik ekuivalen. Dari percobaan yang
telah dilakukan didapatkan konsentrasi larutan NaOH 0,0990 N dan kadar asam
asetat dalam asam cuka sebesar 10,39 %.
BAB 5
PENUTUP
4.1
KESIMPULAN
1. Pembuatan
larutan HCl standar dilakukan dengan pengenceran larutan HCl pekat. Dari hasil
perhitungana didapatkan volume 2,1 ml HCl pekat untuk membuat HCl 0,1 N.
2.
Larutan
standar HCl distandarisasi dengan boraks, dengan volume rata-rata 27,45 ml
sehingga konsetrasi yang didapatkan yaitu 0,0910 N.
3. Penentuan
kadar Na2CO3 dalam soda dilakukan dengan larutan HCl
sebagai peniter dan penambahan indikator MM, sehingga kadar yang didapatkan
sebesar 95,43 %.
4.
Pembuatan
larutan NaOH standar dilakukan dengan melarutkan sejumlah NaOH dengan aquadest
bebas CO2.
5.
Larutan
standar NaOH distandarisasi menggunakan asam oksalat, dengan volume rata-rata
10,1 ml sehingga konsentrasi yang didapatkan yaitu 0,0990 N.
6. Penentuan
kadar asam asetat dalam dilakukan dengan larutan NaOH sebagai peniter dan
penambahan indikator fenolftalein, sehingga kadar yang didapatkan sebesar
95,43%.
DAFTAR PUSTAKA
Bassett, J. et al. 1994. Buku Ajar Vogel : Kimia Analitik Kuantitatif
Anorganik. Kedokteran. EGC. Jakarta.
Day, R.A. dan S. Keman. 1998. Kimia Analisa Kuantitatif. Erlangga.
Jakarta.
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia. Jakarta.
Syukri. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung. ITB.
Keenan, Charles W. et al. 1991. Ilmu Kimia Untuk Universitas.
Erlangga. Jakarta.
Sukmariah. 1990. Kimia Kedokteran edisi dua. Binarupa Aksara. Jakarta.
Komentar
Posting Komentar